Selasa, 28 April 2009

sebening hati anjani

Awal April
Anjani berdiri di sudut jendela kamarnya- entah berapa lama ia mematung disitu-hampa melihat kedepan-tak dirasakannya hujan yang tiba-tiba turun padahal terik matahari masih panas-panasnya menyengat kota Surabaya.
" seharusnya kamu bisa rasakan Jani..!, " tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian hatinya-suara yang tidak asing. Anjani tak bergeming.
" apapun bisa terjadi, kau lihat hujan itu, begitu damai tercurah ditemani terik matahari,"
Anjani masih terdiam seperti semula-Beberapa saat kemudian dicarinya sumber suara tadi-berdiri didepannya beberapa meter sosok yang belakangan ini selalu hadir dihari-harinya, Bian.
Cowok gagah itu dengan santainya masuk ke kamarnya-Brian memang bukan orang lain bagi Anjani dan keluarganya-bahkan boleh dibilang kerabat dekat-Brian adalah teman bermain waktu masih kecil hingga keluarga Brian memutuskan pindah ke Australia selepas mereka lulus SMP.-Ayah Bian adalah seorang Diploma-setelah itu hubungan putus komunikasi-lepas bagai layang-layang putus-terombang ambing-persis seperti itu perasaan Anjani ketika jauh dari Bian.
" pagi-pagi sudah ceramah !"
" haloooo !!!, what's time is it ?, jam 10 Jani !, kau bilang ini pagi ?"
" ya untuk tamu seperti kamu !!!," ketus Anjani, dilihatnya cowok blasteran Jawa-Australia itu sibuk membuka tirai-tirai penutup jendela kamarnya-dibiarkannya cowok itu melakukannya-seperti hari-hari yang lain.
Brian masih tetap seperti yang dulu-selalu melakukan semua hal untuknya-selintas terbesit kenangan indah saat masih bersama Bian dulu.
Bian yang ceria-Bian yang santun-Bian yang jagoan-Bian yang...
Anjani tersadar ketika sebuah tepukan terdengar tepat ditelinganya-selalu begitu cara Bian menyadarkan lamunan-lamunanya-tak berubah.
"berarti Bian tahu kalo aku lagi melamun?'" bisik hati Anjani, "moga-moga Bian gak tahu apa yang sedang aku lamunkan..," tiba-tiba Anjani merasakan ada perubahan dikedua pipinya.
" boleh aku tebak ??," cowok itu tersenyum simpul-persisnya cengar-cengir-didiepannya.
" pasti mikiran aku kan ?..ha..ha.., Jani-jani, ngaku aja kenapa..,"
" sok ke ge eran kamu !, " ditinggalkannya cowok itu-Anjani bergegas ke kamar mandi-tak tahan bilan nanti di godain terus sama Bian-sebenarnya menyesal juga mengapa meninggalkanBian sendiri-padahal Anjani begitu lama
merindukan tawa renyah cowok itu.

Hari ketujuh bulan April

Ditatapnya cowok itu-Bian masih saja setia mengunjunginya pagi-pagi-padahal Anjani tidak pernah menyambutnya dengan hangat-sehangat ketika masa-masa kecil dulu-dilihatnya ditangan cowok itu ada segelas susu dan buah kesukaannya, Kiwi-Bian ternyata tidak pernah lupa.
" Jani, seharusnya kamu sudah sadari apa yang telah terjadi dengan diri kamu'"
Anjani masih terdiam-tak digubrisnya kata-kata Bian-diambilnya buah kiwi itu yang sudah pindah di meja tidurnya-kemudian lansung memakannya.
" life must go on, jangan siksa dirimu seperti ini Jani,"
" kamu tahu apa tentang hidupku Bi?!, tahu apa !!!", sekuat-kuatnya Anjani berteriak sampai -samapi buah yang masih digigitnya terlepas-sejurus kemudian Anjani terisak-isak dibibir temapt tidurnya-terasa ada beban berat yang begitu membebaninya.
" apa yang harus aku lakukan dengan ini'" suara Anjani mulai melemah-diusap-usapkannya bagian perutnya yang semakin membuncit-ya, Anjani hamil.
" bisa kamu rasakan apa yang aku rasakan saat ini Bi ?," Airmata yang selama ini ditahannya didepan cowok ini tak terbendung lagi seiring tangisnya yang memecah rasa bersalah Bian yang tiba-tiba hadir begitu melihat Anjani, gadis yang selama ini dicintainya menangis-begitu menyayat.
Tibat-tiba Anjani telah menemukan dirinya tenggelam dalam pelukan Bian-dibenamkannya smeua ganjalan hatinya kedalam dada bidang itu-sama seperti dulu-ditumpahkannya segalanya.
" aku tahu sulit menerima kenyataan ini-hamil tanpa suami-tapi bukan berarti kamu harus korbankan hidupmu seperti ini kan-juga bakal jabang bayimu, Jani," suara Bian begitu lembut terdengar-entah kenapa kali ini Jani mencoba mendengarkannya.
Bian mempererat pelukannya-seakan tak ingin gadis yang selama 15 tahun ini ditinggalkan akan hilang lagi dari hidupnya.
Bian menghela nafas-seakan telah menyatu perasaannya dengan perasaan gadis itu.
Anjani benar-bisik hatinya-di negara yang kental dengan nilai agama dan ada ketimuran ini hamil sebelum menikah-tanapa calon suami-adalah aib-sesuatu yangsangat tabu-melanggar semua norma-norma yang ada.
sebenarnya Anjani akan menikah dengan seorang pria bule asli warganegara Mexico, tapi nasib tiada yang tahu, kematian adalah mutlak rahasia Tuhan, sang calon mempelai dikabarkan tewas dalam bencana tanah longsor dinegaranya, tepat 1 bulan sebelum pesta pernikahan.

Pertengahan April

Seperti biasa Bian datang pagi-pagi sekali dan langsung menuju kekamar Anjani-Gadis itu tengah memandang ke langit-tetapi kali ini dengan kedua mata yang mulai memendarkan cahaya kehidupan.
"kamu baik-baik aja Jani?,"
dilihatnya cowok yang belakangan ini hampir mengembalikan semangat hidupnya seperti semula lagi.
"thanks Bi, "
"untuk apa?,"
"semuanya..," Anjani berjalan mendekati Bian, dengan tiba-tiba diciumnya pipi cowok yang kulitnya terawat itu-Bian memang sangat menjaga penampilannya-sebagai seorang public figure dunianya itu memaksanya untuk seperti itu-Bian adalah termasuk model kelas atas di negeri asal binatang koala itu.
Bian tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini-dicium oleh seorang yang dianggapnya bidadari dalam hidupnya-sehingga dengan cepat semu merah menyembul di kedua pipinya-paras bian terlihat lucu dan Anjani tahu betul walau sebagai seorang yang hidupnya ditengah keglamoran, namun ketaatan pada agama patut diacungi jempol.
" aa..apakah ini berarti....,?" tanya Bian setelah sanggup menguasai dirinya-namun Bian kembali harus menguasai dirinya saat dilihatnya Anjani menatapnya sesaat sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan.
Anjani beranjak meninggalkan Bian-perlahan air matanya menetes deras-Anjani tahu bahwa keputusannya akan melukai perasaan cowok yang sebenarnya mulai dicintainya kembali itu-taoi untuk menikah dengan lelaki yang nyaris sempurna itu Anjani belum siap.
"aku tak ingin terlihat terburu-buru, apalagi disaat seperti ini, aku tak ingin sepertinya terpaksa..," lirih hatinya menjerit. "maafkan aku Bi,"

Akhir April

Airmata kembali mengalir deras di pipi Anjani yang putih terawat-kedua mata yang indah miliknya seakan tersamar menahan kepedihan teramat sangat hebat.
Dua hari yang lalu dia berharap, berdoa pada Tuhan untuk keselamatan Bian-kecelakaan pesawat domestik itu dikabarkan mengalami kecelakaan-putus komunikasi dengan pihak bandara-dan terakhir dinyatakan menghilang-terjatuh di samudera yang maha luas-dan surat kabar yang masih digenggamnya itu mengabarkan bahwa semua awak pesawat dan seluruh penumpang dipastikan tewas-Abianto Cahya Samudera Putra tercatat sebagai salah satu korban pesawat naas tersebut.
Anjani merasakan luluh lantak seluruh persendiannya-lebur bersatu dengan kepingan-kepingan perasaannya-dia merasa dunia begitu kejam padanya. Sejurus kemudian dengan sekuat hati dibacanya surat dari Bian, yang tadi pagi diberikan mamanya.
"Bian menitipkan ini pada mama sebelum pergi, katanya tak ingin menggangu tidurmu,"


April yang Indah


teruntuk Bidadari dalam Hatiku, Anjani Sheila paramitha

pagi Jani,
maapkan kalo aku tulis surat ini, disamping tak ingin mengganggu tidurmu, aku juga tidak yakin bisa mengatakan ini kekamu secara langsung.

dua malam yang lalu, aku selalu bermimpi yang sama, disuatu padang yang luas kita
bersama menghabiskan hari, tapi kemudian tiba-tiba aku melayang dan kehilanganmu.

baru kali ini aku terganggu dan terpikirkan oleh mimpi, yang biasanya selalu kuanggap
hadiah dari Tuhan.
tapi kemudian aku merasakan kalo ini bukan sekedar mimpi.
entah kenapa aku berkeyakinan seperti itu Jani.

itulah kenapa aku tulis surat ini. aku ingin jika seandainya itu terjadi, aku tiada kamu jg
larut dalam kesedihan yang sia-sia seperti sebelumnya.
jangan salahkan dirimu, siapa-siapa apalagi Tuhan. Ingat Jani, hanya DIA lah yang tahu
apa yng terbaik untuk umatnya.

terima kasih telah membiarkan aku hadir sesaat dikehidupanmu Jani, juga atas cinta yg
telah kau ucapkan....
he..he...walo sekedar kau ucapkan dimimpi-mimpi saat itu.
hidup selalu indah ketika kita mau selalu mensyukurinya.
life must go on.
jaga dirimu baik-baik, juga untuk si lucu yang ada di perutmu.
salam buat semuanya.



salam sayang,




Abianto cahya Samudera Putera.



"itu bukan mimpi Bi.." bisik hati Anjani-aku memang telah mengucapkan cinta padamu-persis dimalam-malam kamu sedang memimpikan kita.....


tamat session 1.

Namaku Lyla

Namaku Lyla,
Kaylila Sarasi Wijayanti


Aku dititipkan Allah – dilahirkan dari keluarga serba cukup.
Tapi aku bukan anak yang senangnya cuma menikmati fasilitas orang tua. Apalagi menghambur – hamburkan uang mereka.
Sambil kuliah aku bekerja sebagai Sales Promotion Girl salah satu produk kecantikan.

Namaku Kaylila Sarasi Wijayanti
Orang dirumah memanggilku Lil.
Sore ini aku mengantar kedua orang Tuaku ke Bandara. Mereka mendadak pergi ke Surabaya, karena Nenekku orang Tua mereka kumat penyakitnya dan dilarikan kerumah sakit ternama di kota itu.
” Kamu baik-baik aja ya Lil ” peasn orang tuaku sebelum masuk ke boarding room.
” Papa mama juga ya ” aku salami tangan mereka berdua rutinitas.
” Salam juga buat nenek dan keluarga di Surabaya ”.

Namaku Lyla
Dikampus aku dipanggil Kayla. Entah darimana mereka punya pikiran untuk menghilangkan huruf i.
Begitu juga Raditya Fabian cowokku.
Sudah 2 bulan aku berpacaran dengan kakak tingkat. Kami berbeda jurusan. Aku ambil Design Grafis sedangkan Radit begitu aku memanggilnya adalah mahasiswa semester 5 Tehnik Sipil.

Pertemuanku dengan Radit terjadi secara tak sengaja, saat itu aku sedang mengikuti pameran Design yang diadakan kampus saat aku berdiri didepan salah satu karya Perdanaku sebuah suatu pujian mengembalikan kesadaranku yang beberapa saat lalu mengembara diantara karya-karyaku ”perfecto!”
Kulihat sosok Radit. Mahasiswa Tehnik Sipil itu yanng memang sudah kutahu namanya. Tepatnya dia memang mahasiswa yang cukup terkenal. Karena wajahnya yang imut dan sikapnya yang friendly banget. ” Ah Kak Radit bisa saja ” aku jadi berbunga-bunga saat tahu yang memujiku adalah satu dari mahasiswa idola di Kampusku.
Kemudian kami terlibat pembicaraan. Yang menurutku sangat menyenangkan. Radit begitu pintar. Wawasannya luas tak terlihat dia adalah seorang mahasiswa Tehnik Sipil.
Mungkin kalian sudah bisa tebak. Pertemuan demi pertemuan terjadi. Di Kampus dan diluar tapi untuk kerumah. Radit punya alasan yang aku pahami. Radit belum bersedia daatng dan memperkenalkan diri pada keluargaku.
Hingga saatnya. Suatu malam yang romantis tepatnya hari Valentine. Radit mengutarakan hatinya. Ingin aku menjadi kekasihnya dan aku menerimanya!

Namaku Lil
Saat ini aku sedang bersama Radit di ruang keluarga. Suasana begitu mencekam. Malam yang membuat air mataku kering karena terlalu lama aku menangis.
Kabar kematian nenekku malam ini begitu mendera jiwaku. Nenek yang sangat aku sayangi.
Aku, dulu tinggal bersama Nenek di Surabaya dari kecil hingga SMP. Kesibukan orang tuaku yang saat itu bisnisnya sedang melambung membuat orang tuaku memutuskan aku kecil di asuh nenek dan kakek. Yang saat itu masih ada di Surabaya.
Setelah bisnis orang tuaku maju dan stabil mereka menjemputku ke kota Metropolitan ini.
” Sudahlah Kay, ikhlaskan aja. Biar nenekmu tenang ” Radit tak henti-hentinya menasihatiku dan mencoba menenangkanku yang sudah berjam-jam larut daalm kepedihan.
Radit datang kerumah untuk pertama kali ketika aku hubungi. Ketika aku butuh seseorang untuk menemaniku.
Rumah saat ini kosong. Hanya aku dan hanya beberapa orang yang bekerja dirumahku ini yang tinggal.
Kakak-kakakku, Tante yang tinggal serumah sudah terbang ke Surabaya aku tak di ijinkan ikut karena kondisiku sedang terguncang tebal.
” Aku ambilkan minum ya..” Radit menawarkan diri tanpa menunggu jawaban ia langsung bergegas.
” Minumlah, ini akan membuatmu tenang ” beberapa saat setelahnya benar, begitu aku meminumnya aku merasakan perasaan yang begitu tenang, damai, tak kurasakan lagi kepedihan. Ternyata itulah awal petaka buatku.

Namaku Lyla
Sejak kejadian itu kedua orang tuaku begitu percaya sama Radit. Lelaki yang sudah mereka anggap calon menantu yang tepat untuk aku. Apalagi aku masih sering terguncang karena kematian nenekku. Begitu mereka dan keluargaku yang lainnya beranggapan aku akan tenang setelah Radit datang dan menemaniku beberapa saat Radit yang sopan, Radit yang brwawasan, Radit yang selalu kudengar mereka selalu memujinya bahkan terdengar memuja.

Namaku Ul
Begitu banyak selang, infus, bahkan sebuahtabung gas oksigen berada disekitarku, saat ini aku rapuh tak berdaya disebuah ruang VIP disebuah rumah sakit. Aku korban sebuah kepercayaan. Korban sesosok penampilan, sosok radit malam itu. Malam dimana aku terguncang karena kemakan nenek. Radit memberiku obat setan diminumanku.
Tak hanya orang tuaku. Keluargaku akupun bergantung pada Radit. Hari demi hari aku dicekoki benda-benda yang sebelumnya tak pernah kukenal. NARKOBA!

Namaku Lyla
Diantara kesadaranku yang semakin menipis kulihat orang-orang yang kusayangi berada diantaraku. Mama, Papa, Kak Fardan, Kak Mitha, Tante Siska. Mereka semua menangis, bahkan mereka sangat shock.
Samar pula kudengar mereka bicara tentang kesehatanku. Tentang Radit yang katanya telah ditangkap oleh pihak berwajib.
Tuduhannya adalah Penipuan!!!!!
Hampir harta orang tuaku telah terkuras.
Tak sedikitpun kudengar Radit yang telah membuatku menjadi pecandu. Orang yang begitu mengandalkan barang haram itu dan yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahkan aku adalah pemakai. Begitu banyak bekas suntikan disekujur tubuhku.

Namaku Kaylila
...........................................................................................
Aq kini tengah berjuang hidup diantara sisa-sisa nafasku